
Jakarta - Social, mobile, dan cloud. Tiga kata itu telah menjadi tren yang mengubah dunia dan menjadi kunci utama yang mendorong transformasi di dunia teknologi informasi komunikasi, termasuk di Indonesia.
Dari data yang dilansir berbagai sumber, Indonesia termasuk yang paling tinggi dalam memanfaatkan media sosial untuk berkomunikasi, baik itu melalui Facebook, Twitter, bahkan LinkedIn.
Pengguna Facebook di Indonesia juga banyak, 29 juta. Sebesar 11 juta di antaranya, seperti dicatat Social Bakers, ada di Jakarta. Sementara pengguna LinkedIn dari Indonesia bahkan mencapai 1,3 juta.
Indonesia pun, menurut lembaga survei Nielsen, kini menjadi pasar mobile terbesar keempat di dunia. Pasar pelanggan selulernya bahkan bisa lebih dari USD 278 juta. Sebuah perputaran uang yang luar biasa besar.
Kedua tren itu pula yang pada akhirnya mendorong penggunaan cloud sebagai medium penyimpanan data di internet. Cloud tak cuma milik enterprise, tapi mulai menyasar ke level pengguna akhir mobile.
Cloud belakangan memang sedang naik daun di Indonesia. Banyak perusahaan ingin menerapkan cloud computing yang dinilai efisien untuk biaya operasional. Tak hanya untuk storage tapi juga untuk aplikasi, software as a service (SaaS). Menurut Frost & Sullivan, pasar cloud computing di Indonesia mencapai USD 31,4 juta.
Jadi Incaran Produsen Cloud ERP
Alhasil, Indonesia dengan jumlah populasi yang berkisar 250 juta itu pun menjadi incaran banyak perusahaan. Tak terkecuali Acumatica yang menawarkan cloud ERP dengan jajaran produk inti manajemen finansial, manajemen distribusi, accounting project, manajemen customer, payroll dan manufacturing.
Bahkan Acumatica secara spesifik sudah menargetkan manufacturing -- dan juga trading -- sebagai bidang yang digarapnya di Indonesia. Bermitra dengan JAAS Systems yang berdiri tahun 1999, Acumatica sudah memiliki proyek cloud ERP di beberapa perusahaan di Indonesia dan Asia.
Penggunanya antara lain produsen minuman Calpis, produsen roti Yamazaki, produsen karoseri bis Rahayu Sentosa, dan importir dan eksportir fast moving consumer goods PT Classic ExportIndo.
Di perusahaan roti Yamazaki contohnya, kini semua aktvitas mulai dari bahan baku, produksi, barang jadi sampai pengiriman ke pelanggan dikelola dengan Acumatica. Seluruh orang terlibat beraktivitas sehingga bisa menghasilkan laporan laba rugi. Tidak hanya monitoring.
Sementara di perusahaan karoseri bis Rahayu Sentosa, Acumatica digunakan agar perusahaan bisa melihat semua tahapan produksi dan biaya yang sudah dikeluarkan, juga untuk mengetahui kapan badan bis selesai dikerjakan.
Menurut Laurent Dedenis, President International Operations Acumatica, produknya tidak memiliki keterbatasan infrastruktur karena bisa beroperasi di private cloud maupun hybrid cloud, serta melibatkan semua orang, dan mudah dipakai.
Lisensi produknya, kata dia, tidak didasarkan pada jumlah pengguna yang bisa ribuan, tapi pada computing power. "Maksimal 16 core. Kalau di Indonesia rata-rata 4 – 8 core,” katanya saat berbincang dengandetikINET di Ritz Carlton, Jakarta.
Selain manufacturing, Acumatica juga menyasar perusahaan supply chain management, logistik, retail seperti food & beverages, kemudian trading distribution, serta energi.
(rou/ash)