TLD Baru Dikritisi Analis dan Manager TI

Unknown - Pramana Sukmajati, 24 Nov 2000

Penambahan tujuh domain baru oleh International Corporation for Assigned Names and Numbers (ICANN) dikritisi oleh banyak analis. Beberapa di antara mereka menilai bahwa kehadiran TLD baru itu malah membuat situasinya menjadi lebih sulit. Ketujuh top level domain (TLD) baru itu antara lain .aero, .biz, .coop, .info, .museum, .name dan .pro. ICANN mensahkannya setelah lebih dari seratus proposal menumpuk di mejanya. IDG Net menulis, analis dan para manager perusahaan TI malah bingung dengan penambahan TLD macam .biz. “Hal ini malah menyusahkan kehidupan rata-rata perusahaan,” kata Audrey Apfel, analis Gartner Group. Karena artinya, tiap perusahaan harus mengeluarkan dana sekitar 70.000 dolar AS untuk memelihara strategi domainnya. Biaya itu termasuk usaha pengajuan nama-nama domain baru yang ingin dilindunginya. Belum lagi masalah batasan .com dan .biz yang menurut mereka agak membingungkan. “Kalau .biz cuma jadi bayang-bayang .com, saya malah tidak mengerti untuk apa domain .biz disahkan,” kata Bruce Manning, Information System Manager di AMI Aircraft Seating Systems. ICANN sendiri dalam putusannya mengungkapkan bahwa TLD baru tersebut tidak akan online sampai pertengahan tahun depan. Saat ini mereka masih mempelajari lembaga-lembaga yang akan diserahi kewenangan untuk mengelolanya. “Mungkin hal itu akan membingungkan bagi banyak orang, paling tidak pada awalnya,” Bobby Chowdurry, CTO United Media, mengungkapkan pendapatnya. Salah satu group yang ditunjuk ICANN untuk mengelola registry .biz mengatakan bahwa mereka berencana untuk menempatkan domain .biz pada tempat sebenarnya .com dimaksudkan dulu. Berbeda dari yang lainnya, analis International Data Corp., Richard Villars mengatakan bahwa penambahan domain baru tersebut akan meningkatkan proses yang harus dilalui seseorang dalam mencari informasi di Internet. “Hal semacam itu dapat membuat segalanya menjadi lebih mudah,” katanya. Namun, menurut Direktur dan Lead Analyst di Outsell Inc., David Curle, justru sebaliknya. Saat mencari Web site tertentu orang malah akan bingung, harus mengetikkan .com, .biz atau yang lainnya. “Hal ini malah akan menambah bingung dari pada hal lainnya,” kata Curle. Di Indonesia, Kamis (23/11) sore, Sekjen APJII, Sanjaya, juga mengungkapkan kekhawatirannya soal dekatnya pengertian .com dan .biz. “Kita juga khawatir, kalau terlalu banyak, nanti jadi susah menghapalnya. Misalnya, eh apa ya Web site-nya, cocacola.shop, apa cocacola.com, atau cocacola .biz. Nanti lama-lama, kalau tidak hati-hati nanti jadi kayak begitu,” ujarnya.

Berita Terkait